Mattaleq berasal dari bahasa Mandar sub kata dari taleq yang artinya menelaah. secara bahasa pengertian mattaleq adalah proses menelaah dan mengkaji sedang menurut istilah mattaleq adalah suatu kegiatan menelaah dan mengkaji kitab kuning dengan pendekatan ilmu nahwu. Mattaleq terutama di Pambusuang adalah suatu budaya keagamaan masyarakat setempat untuk mengkaji isi dari sebuah kitab kuning (kitta gundul).
Budaya mattaleq
ini sudah menjadi hal yang biasa ditengah proses sosial masyarakat
Pambusuang. Setelah seorang anak menamatkan Al Qur’annya mereka akan
langsung di bawa ke ustadz yang khusus mengajarkan pengajian kitab
kuning (annangguru pangaji kittaq) dengan membawa sesisir pisang (umumnya memakai loka tiraq , mengapa loka tiraq
? karna kata tiraq pada penamaan pisang ini di harapkan berpengaruh
kepada seorang anak agar dalam setiap pengajiannya selalu bersemangat
untuk belajar. Secara tidak lansung loka tiraq ini adalah
sebuah simbol doa untuk anak tersebut). Dimana anak tersebut akan
menjalani proses mengkaji ilmu nahwu dengan pendahuluan ilmu sharaf,
setelah ilmu sharaf di lanjutkan dengan mengkaji basic ilmu nahwu
sebelum memilih kitab kuning klasik untuk dia kaji di hari kemudian.
Terkadang setelah seorang anak menamatkan ilmu sharafnya sudah menjadi
rahasia umum untuk syukuran (manggereeq beke) ini pertanda rasa syukur terhadap sang khaliq. Manggereq beke ini biasa di adakan oleh pengajar (annangguru) tempat anak tersebut belajar kitab kuning dengan mengadakan semacam syukuran, berzikir, bershalawat dan berdoa bersama.
Seorang annangguru di Pambusuang yang sedang mengajar (Foto : Muhammad Fadil M.)
Mengkaji kitab kuning di Pambusuang tidak didominasi oleh satu orang ustadz/annangguru
saja. Karna sistem di Pambusuang mengadopsi sistem pengajian di Jawa,
yakni murid mendatangi guru, alias mendatangi rumah rumah annangguru setempat.
Kegiatan mattaleq
masih lestari hingga sekarang, bahkan menjadi daya tarik oleh para
santri di luar Pambusuang, tak ayal setiap tahun bahkan setiap bulan
Pambusuang tidak pernah kehabisan stok santri impor dari daerah lain
seperti santri dari Jayapura, Jawa, dan Sulawesi. Kegiatan mattaleq kittaq
ini tidak hanya berlangsung di Pambusuang semata namun juga lestari di
kecamatan Campalagian. Setiap 3 bulan sekali santri Pambusuang dan
Campalagian bertukar ilmu dalam forum musyawarah untuk mengkaji kitab
kuning klasik dengan sistim home away (kadang musyawarahnya di Pambusuang kadang pula di Campalagian)
Penulis :
Muhammad Fadil, lahir
dan besar di desa Pambusuang, kec. Balanipa, kab. Polewali Mandar,
Sulawesi Barat, menggemaritopik dunia Islam, budaya, dan wisata.